HIJRAH
Seorang
teman pernah memutuskan untuk berhijrah, ia ingin meningggalkan semua
masalalunya, ia berpendapat bahwa masa lalunya penuh peluh dosa dan kehinaan.
Aku bahagia ketika kemudian banyak dari teman-temanku memutuskan untuk menjadi
lebih baik. Namun alangkah terkejutnya aku, ketika kemudian melihat banyak dari
teman-temanku yang memutuskan untuk berhijrah menjadi sangat berbeda dari dari
sebelumnya, alih-alih ingin memperbaiki diri mereka malah banyak sibuk
mengoreksi orang lain.
Ini yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan.
Fenomena akhir-akhir ini memang sulit untuk dipahami, kita mungkin bahagia
melihat banyak orang yang memutuskan untuk menjadi lebih baik. Tapi alangkah
mengerikanya dari sisi perubahan yang baik itu menyeruak sesuatu yang sangat sulit
untuk kita pahami.
Banyak
dari kita ketika memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik justru merasa
paling baik, bukankah hakekat dari hijrah itu sendiri adalah ketika kita
semakin ingin menjadi lebih baik, ketika kita semakin ingin menjauhi kehinaan-kehinaan
itu, kita akan merasa menjadi lebih hina. Ataukah ini yang dinamakan berpindah
dari titik ekstrim satu ke titik ekstrim yang lainya. Ibaratkan sebuah batang
yang bengkok, jika kita meluruskanya dengan cepat akan mematahkan batang itu
sendiri, kita merasa batang itu telah lurus, padahal sesungguhnya batang itu
patah menjadi suatu hal yang tak berarti. Berbeda ketika kita meluruskanya
dengan hati-hati, dengan kelembutan-kelembutan, mungkin batang itu tidak akan
utuh lurus, namun ia tidak akan patah menjadi suatu yang tak berarti.
Komentar
Posting Komentar